PERILAKU MENYIMPANG DARI AJARAN SUSILA

Posted: 15 Januari 2015 in semester 3 pendidikan agama hindu 2012

BAB I

PENDAHULUAN

 

  • Latar Belakang

Manusia adalah makhluk individu dan juga makhluk sosial. Sebagai individu manusia mempunyai kemauan dan kehendak yang mendorong ia berbuat baik dan bertindak. Berbuat yang baik (Susila) yang selaras dengan ajaran agama atau dharma adalah cermin dari manusia yang Susila. Manusia Susila adalah manusia yang memiliki budhi pekerti tinggi yang bisa diterima oleh lingkungan di mana orang itu berada. Dan sebagai mahluk sosial , manusia harus mampu beradaptasi dengan lingkungannya, dimana mampu mengendalikan sikap-sikap buruk dan berusaha bersikap yang sesuai dengan ajaran susila agar dapat menjadi manusia yang susila tersebut.

Didalam agama Hindu, terdapat ajaran yang bernama Tri Kerangka Dasar Agama Hindu yaitu Tattwa (hakekat kebenaran), Susila (Perbuatan baik), dan Upacara (cenderung ke praktek keagamaan) dimana ketiga tersebut mempunyai satu kesatuan yang tidak bisa dipisahkan dalam agama hindu. Tattwa merupakan sumber/ inti dari ajaran susila. Dengan mempelajari tattwa kita bisa tau mana yang dikatakan baik, dan mana yang dikatakan jahat, yang mana nantinya kita bisa implementasikan kepada perbuatan yaitu susila.Tentunya setiap agama pasti mengajarkan umatnya untuk berbuat baik. Begitupun dengan agama Hindu yang senantiasa mengajarkan umatnya untuk berbuat baik. Disini diharapakan manusia yang merupakan mahkluk yang paling sempurna mampu mentaati ajaran agama tersebut.

Namun dizaman sekarang yang dinamakan zaman Kaliuga yaitu zaman yang lebih mementingkan materi daripada perbuatan baik, atau ketulusan dalam berbuat, dimana sikap susila atau perbuatan baik jarang ditemukan. Kebanyakan manusia saat ini lebih mementingkan diri sendiri bahkan melakukan segala hal untuk memuaskan dirinya tanpa peduli dengan ajaran susila. Dan yang paling kita lihat adalah moral generasi muda atau remaja saat ini yang sangat jauh dari ajaran susila.

Adanya perilaku trek-trekan, mabuk-mabukan, pergaulan bebas dan lain sebagainya merupakan ciri begitu lemahnya moral generasi muda. Banyak anak muda yang menghancurkan dirinya sendiri, berbuat sesuka hati tanpa memikirkan masa depan yang dia miliki nantinya seperti apa. Lalu apa pnyebab terjadinya hal-hal seperti itu? Untuk itu kami akan membuat suatu karya tulis yang berjudul “PERILAKU MENYIMPANG DARI AJARAN SUSILA” dimana yang akan diteliti lebih dalam apa itu perilaku menyimpang dan apa penyebab terjadinya perilaku menyimpang tersebut.

 

  • Rumusan Masalah

Dari latar belakang diatas timbul beberapa pertanyaan yang akan kami tuangakan dalam rumusan permasalahan sebagai berikut :

  1. Apa yang dimaksud dengan perilaku menyimpang?
  2. Kenapa perilaku menyimpang dapat terjadi?
  3. Dan bagaimana cara menanggulanginya
    • Tujuan Penulisan
  4. Untuk mengetahui yang mana tergolong perilaku menyimpang itu
  5. Untuk mengetahui factor-faktor penyebab terjadinya perilaku menyimpang
  6. Untuk mengetahui bagaimana cara menanggulangi agar perilaku menyimpang tidak semakin menjadi-jadi
    • Manfaat Penulisan
  7. Dapat membedakan yang mana tergolong perilaku menyimpang dan yang mana perbuatan yang tergolong susila.
  8. Dapat mengetahui faktor-faktor penyebab terjadinya perilaku menyimpang.
  9. Serta dapat mengetahui bagaimana cara menanggulangi perilaku menyimpang tersebut.

BAB II

PEMBAHASAN

  • Susila
  • Pengertian Susila

Susila berasal dari kata “su” dan “sila”. Su adalah awalan yang berarti amat baik, atau sangat baik, mulia, dan indah. Sedangkan kata sila berarti tingkah laku atau kelakuan. Jadi Susila berarti tingkah laku atau kelakuan yang baik atau mulia yang harus menjadi pedoman hidup manusia. Manusia adalah makhluk individu dan juga makhluk sosial. Sebagai individu manusia mempunyai kemauan dan kehendak yang mendorong ia berbuat baik dan bertindak. Berbuat yang baik (Susila) yang selaras dengan ajaran agama atau dharma adalah cermin dari manusia yang Susila. Manusia Susila adalah manusia yang memiliki budhi pekerti tinggi yang bisa diterima oleh lingkungan di mana orang itu berada.

Demi tegaknya kebenaran dan keadilan di dunia ini manusia yang ber-Susila atau bertingkah laku yang baik sangat diharapkan. Manusia yang susila adalah penyelamat dunia (Tri Buana) dengan segala isinya. Apapun yang dilakukan oleh orang Susila tentu akan tercapai. Sebab, Sang Hyang Widhi Wasa akan selalu menyertainya. Orang-orang di sekitarnya selalu hormat dan menghargainya. Kalau saja di dunia ini tidak ada orang yang Susila maka sudah tentu dunia ini akan hancur dilanda oleh ke-Dursilaan atau kejahatan. Sebab, Susila merupakan alat untuk menjaga Dharma.

Pengertian Susila menurut pandangan Agama Hindu adalah tingkah laku hubungan timbal balik yang selaras dan harmonis antara sesama manusia dengan alam semesta (lingkungan) yang berlandaskan atas korban suci (Yadnya), keikhlasan dan kasih sayang. Pada hakekatnya hanya dari adanya pikiran yang benar akan menimbulkan perkataan yang benar sehingga mewujudkan perbuatan yang benar pula. Dengan ungkapan lain adalah satunya pikiran, perkataan, dan perbuatan.

  • Contoh – Contoh Perilaku Susila

Di dalam bagian ini akan dikemukakan beberapa contoh perbuatan Susila antara lain memberi sedekah, memberi pelajaran dan nasihat-nasihat kepada orang-orang miskin, memberikan pertolongan kepada orang lain dan melaksanakan ajaran Tri Kaya Parisudha.

  • Memberi sedekah

Memberi sedekah adalah kewajiban bagi umat Hindu. Sedekah juga disebut dana. Dalam ajaran agama Hindu umatnya diharuskan untuk kepentingan orang yang menderita, dan hidup dalam serba kekurangan. Bersedekah dalam agama Hindu juga disebut yadnya.

  • Memberi Pelajaran dan Nasihat-Nasihat Kepada Orang-Orang Yang Miskin

Lebih baik memberi daripada meminta. Demikian kata-kata yang sering kita dengar. Sebagai orang yang memiliki pengetahuan dan beriman, apabila suatu ketika ada orang miskin datang ke rumah kita atau ke tempat kita bekerja hendaknya kita tidak segan-segan memberikan nasihat-nasihat yang berguna bagi dirinya, sehingga orang tersebut menjadi sadar bahwa mengemis atau meminta-minta adalah perbuatan yang tidak baik. Janganlah hanya pandai memberi nasihat saja, tetapi hendaknya dilaksanakan dengan sungguh dan keteguhan iman. Hendaknya tidak ragu-ragu untuk memberikan nasihat kepada orang-orang miskin dan nasihat-nasihat tersebut hendaknya diikuti dengan contoh-contoh sehinnga dapat ditiru oleh orang lain terutama dalam hal bersedekah atau berdana punya. Sebab, apabila manusia meninggal dunia semua harta kekayaannya tidak akan dibawa mati, yang menyertai manusia setelah meninggal adalah perbuatan baik (Susila) dan perbuatan buruk (Asusila).

  • Memberikan Pertolongan Kepada Orang Lain

Memberikan pertolongan kepada orang lain adalah salah satu contoh ajaran Susila. Menolong orang lain yang sedang dalam keadaan susah atau menderita akan menyebabkan jiwa seseorang apabila meninggal akan mendapat alam sorga.

  • Melaksanakan Ajaran Tri Kaya Parisudha

Sebagai manusia yang Susila harus dapat melaksanakan Tri Kaya Parisudha, yaitu tiga perbuatan yang harus disucikan. Tri Kaya Parisudha terdiri dari:

v Manacika Parisudha yaitu berfikir yang baik

v Wacika Parisudha yaitu berkata yang baik

v Kayika Parisudha yaitu berkata yang baik dan benar

Orang yang dapat melaksanakan ajaran Tri Kaya Parisudha akan mendapatkan kebahagiaan baik di dunia ini maupun di alam akhirat. Orang yang melakukan ajaran Tri Kaya Parisudha akan dikenal oleh lingkungan tempat orang itu berada.

  • Pengertian Perilaku Menyimpang

Berikut ini adalah beberapa pengertian perilaku menyimpang menurut pandangan beberapa ahli:

  1. James Vander Zenden : Menyebutkan bahwa penyimpangan adalah perilaku yang oleh sejumlah besar orang dianggap sebagai hal yang tercela dan di luar batas toleransi.
  2. Robert M.Z. Lawang : Mengungkapkan penyimpangan adalah semua tindakan yang menyimpang dari norma yang berlaku dalam sistem sosial dan menimbulkan usaha dari mereka yang berwenang dalam sistem itu untuk memperbaiki perilaku yang menyimpang itu.
  3. Bruce J. Cohen : Mengatakan bahwa perilaku menyimpang adalah setiap perilaku yang tidak berhasil menyesuaikan diri dengan kehendak-kehendak masyarakat atau kelompok tertentu dalam masyarakat.
  4. Paul B. Horton : Mengutarakan bahwa penyimpangan adalah setiap perilaku yang dinyatakan sebagai pelanggaran terhadap norma-norma kelompok atau masyarakat.
  5. Lewis Coser : Mengemukakan bahwa perilaku menyimpang merupakan salah satu cara untuk menyesuaikan kebudayaan dengan perubahan sosial.

Perilaku menyimpang yang juga biasa dikenal dengan nama penyimpangan sosial adalah perilaku yang tidak sesuai dengan nilai-nilai kesusilaan atau kepatutan, baik dalam sudut pandang kemanusiaan (agama) secara individu maupun pembenarannya sebagai bagian daripada makhluk sosial.

Definisi Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia perilaku menyimpang diartikan sebagai tingkah laku, perbuatan, atau tanggapan seseorang terhadap lingkungan yang bertentangan dengan norma-norma dan hukum yang ada di dalam masyarakat.

Dalam kehidupan masyarakat, semua tindakan manusia dibatasi oleh aturan (norma) untuk berbuat dan berperilaku sesuai dengan sesuatu yang dianggap baik oleh masyarakat. Namun demikian di tengah kehidupan masyarakat kadang-kadang masih kita jumpai tindakan-tindakan yang tidak sesuai dengan aturan (norma) yang berlaku pada masyarakat, misalnya seorang siswa menyontek pada saat ulangan, berbohong, mencuri, dan mengganggu siswa lain. Penyimpangan terhadap norma-norma atau nilai-nilai masyarakat disebut deviasi (deviation), sedangkan pelaku atau individu yang melakukan penyimpangan disebut devian (deviant). Kebalikan dari perilaku menyimpang adalah perilaku yang tidak menyimpang yang sering disebut dengan konformitas. Konformitas adalah bentuk interaksi sosial yang di dalamnya seseorang berperilaku sesuai dengan harapan kelompok.

 

  • Proses Pembentukan Perilaku Menyimpang

Bagaimanakah sebenarnya pembentukan perilaku menyimpang dalam masyarakat? Dan faktor-faktor apa sajakah yang turut memengaruhinya? Mari kita bahas dalam subpokok bahasan ini.

  1. Faktor Biologis

Cesare Lombrosso, seorang kriminolog dari Italia, dalam bukunya Crime, Its Causes and Remedies (1918) memberikan gambaran tentang perilaku menyimpang yang dikaitkan dengan bentuk tubuh seseorang. Dengan tegas, Lombrosso mengatakan bahwa ditinjau dari segi biologis penjahat itu keadaan fisiknya kurang maju apabila dibandingkan dengan keadaan fisik orang-orang biasa. Lombrosso berpendapat bahwa orang yang jahat dicirikan dengan ukuran rahang dan tulang-tulang pipi panjang, kelainan pada mata yang khas, tangan beserta jari-jarinya dan jari-jari kaki relatif besar, serta susunan gigi yang abnormal.

Sementara itu William Sheldon, seorang kriminolog Inggris dalam bukunya Varieties of Delinquent Youth (1949) membedakan bentuk tubuh manusia yang mempunyai kecenderungan melakukan penyimpangan ke dalam tiga bentuk, yaitu endomorph, mesomorph, dan ectomorph yang masing-masing memiliki ciri-ciri tertentu.

1) Endomorph (Bulat dan Serba Lembek)

Orang dengan bentuk tubuh ini menurut kesimpulannya dapat terpengaruh untuk melakukan perilaku menyimpang, karena sangat mudah tersinggung dan cenderung suka menyendiri.

2) Mesomorph (Atletis, Berotot Kuat, dan Kekar)

Orang dengan bentuk tubuh seperti ini sering menunjukkan sifat kasar dan bertekad untuk menuruti hawa nafsu atau keinginannya. Bentuk demikian ini biasanya identik dengan orang jahat yang paling sering melakukan perilaku menyimpang.

3) Ectomorph (Kurus Sekali dan Memperlihatkan Kelemahan Daya)

Orang yang seperti ini selalu menunjukkan kepasrahan, akan tetapi apabila mendapat penghinaan-penghinaan yang luar biasa tekanan jiwanya dapat meledak, dan barulah akan terjadi perilaku menyimpang darinya.

  1. Faktor Psikologis

Banyak ahli sosiologi yang cenderung untuk menerima sebab-sebab psikologis sebagai penyebab pembentukan perilaku menyimpang. Misalnya hubungan antara orang tua dan anak yang tidak harmonis. Banyak orang meyakini bahwa hubungan antara orang tua dan anak merupakan salah satu ciri yang membedakan orang ‘baik’ dan orang ‘tidak baik’. Sikap orang tua yang terlalu keras maupun terlalu lemah seringkali menjadi penyebab deviasi pada anak-anak.

  1. Faktor Sosiologis

Dari sudut pandang sosiologi, telah banyak teori yang dikembangkan untuk menerangkan faktor penyebab perilaku menyimpang. Misalnya, ada yang menyebutkan kawasan kumuh ( slum ) di kota besar sebagai tempat persemaian deviasi dan ada juga yang mengatakan bahwa sosialisasi yang buruk membuat orang berperilaku menyimpang. Selanjutnya ditemukan hubungan antara ‘ekologi’ kota dengan kejahatan, mabuk-mabukan, kenakalan remaja, dan bunuh diri. Untuk lebih jelasnya, berikut ini akan diuraikan beberapa sebab atau proses terjadinya perilaku menyimpang ditinjau dari faktor sosiologis.

1) Penyimpangan sebagai Hasil Sosialisasi yang Tidak Sempurna

Menurut teori sosialisasi, perilaku manusia, baik yang menyimpang maupun yang tidak dikendalikan oleh norma dan nilai yang dihayati. Apabila sosialisasi tidak sempurna akan menghasilkan perilaku yang menyimpang. Sosialisasi yang tidak sempurna timbul karena nilai-nilai atau norma-norma yang dipelajari kurang dapat dipahami dalam proses sosialisasi, sehingga seseorang bertindak tanpa memperhitungkan risiko yang akan terjadi.

Contohnya anak sulung perempuan, dapat berperilaku seperti laki-laki sebagai akibat sosialisasi yang tidak sempurna di lingkungan keluarganya. Hal ini terjadi karena ia harus bertindak sebagai ayah, yang telah meninggal. Di pihak lain, media massa, terutama sering menyajikan gaya hidup yang tidak sesuai dengan anjuran-anjuran yang disampaikan dalam keluarga atau sekolah. Di dalam keluarga telah ditanamkan perilaku pemaaf, tidak balas dendam, mengasihi, dan lain-lain, tetapi di televisi selalu ditayangkan adegan kekerasan, balas dendam, fitnah, dan sejenisnya. Nilai-nilai kebaikan yang ditawarkan oleh keluarga dan sekolah harus berhadapan dengan nilai-nilai lain yang ditawarkan oleh media massa, khususnya televisi. Proses sosialisasi seakan-akan tidak sempurna karena adanya saling pertentangan antara agen sosialisasi yang satu dengan agen yang lain, seperti antara sekolah dan keluarga berhadapan dengan media massa. Lama kelamaan seseorang akan terpengaruh dengan cara-cara yang kurang baik, sehingga terjadilah penyimpanganpenyimpangan dalam masyarakat.

2) Penyimpangan sebagai Hasil Sosialisasi dari Nilai- Nilai Subkebudayaan Menyimpang

Shaw dan Mc. Kay mengatakan bahwa daerah-daerah yang tidak teratur dan tidak ada organisasi yang baik akan cenderung melahirkan daerah kejahatan. Di daerahdaerah yang demikian, perilaku menyimpang (kejahatan) dianggap sebagai sesuatu yang wajar yang sudah tertanam dalam kepribadian masyarakat itu. Dengan demikian, proses sosialisasi tersebut merupakan proses pembentukan nilai-nilai dari subkebudayaan yang menyimpang.

Contohnya di daerah lingkungan perampok terdapat nilai dan norma yang menyimpang dari kebudayaan setempat. Nilai dan norma sosial itu sudah dihayati oleh anggota kelompok sebagai proses sosialisasi yang wajar. Perilaku menyimpang seperti di atas merupakan penyakit mental yang banyak berpengaruh terhadap kehidupan masyarakat. Sehubungan dengan itu kita mengenal konsep anomie yang dikemukakan oleh Emile Durkheim . Anomie adalah keadaan yang kontras antara pengaruh subkebudayaan-subkebudayaan dengan kenyataan sehari-hari dalam masyarakat. Indikasinya adalah masyarakat seakan-akan tidak mempunyai aturan-aturan yang dijadikan pegangan atau pedoman dan untuk ditaati bersama.

Akibat tidak adanya keserasian dan keselarasan, normanorma dalam masyarakat menjadi lumpuh dan arahnya menjadi samar-samar. Apabila hal itu berlangsung lama dalam masyarakat, maka besar pengaruhnya terhadap proses sosialisasi. Anggota masyarakat akan bingung dan sulit memperoleh pedoman. Akhirnya, mereka memilih cara atau jalan sendiri-sendiri. Jalan yang ditempuh tidak jarang berupa perilaku-perilaku yang menyimpang.

3) Proses Belajar yang Menyimpang

Mekanisme proses belajar perilaku menyimpang sama halnya dengan proses belajar terhadap hal-hal lain yang ada di masyarakat. Proses belajar itu dilakukan terhadap orang-orang yang melakukan perbuatan menyimpang. Misalnya, seorang anak yang sering mencuri uang dari tas temannya mula-mula mempelajari cara mengambil uang tersebut mulai dari cara yang paling sederhana hingga yang lebih rumit. Cara ini dipelajarinya melalui media maupun secara langsung dari orang yang berhubungan dengannya. Penjelasan ini menerangkan bahwa untuk menjadi penjahat kelas ‘kakap’, seseorang harus mempelajari terlebih dahulu bagaimana cara yang paling efisien untuk beroperasi.

4) Ikatan Sosial yang Berlainan

Dalam masyarakat, setiap orang biasanya berhubungan dengan beberapa kelompok yang berbeda. Hubungan dengan kelompok-kelompok tersebut akan cenderung membuatnya mengidentifikasikan dirinya dengan kelompok yang paling dihargainya. Dalam hubungan ini, individu tersebut akan memperoleh pola-pola sikap dan perilaku kelompoknya. Apabila pergaulan itu memiliki pola-pola sikap dan perilaku yang menyimpang, maka kemungkinan besar ia juga akan menunjukkan pola-pola perilaku menyimpang. Misalnya seorang anak yang bergaul dengan kelompok orang yang sering melakukan aksi kebut-kebutan di jalan raya. Kemungkinan besar dia juga akan melakukan tindakan serupa.

5) Ketegangan antara Kebudayaan dan Struktur Sosial

Setiap masyarakat tidak hanya memiliki tujuan-tujuan yang dianjurkan oleh kebudayaannya, tetapi juga caracara yang diperkenankan oleh kebudayaannya itu untuk mencapai tujuan-tujuan yang telah ditetapkan. Apabila seseorang tidak diberi peluang untuk menggunakan caracara ini dalam memenuhi kebutuhan hidupnya, maka kemungkinan besar akan terjadi perilaku menyimpang. Misalnya dalam sebuah perusahaan, pengusaha memberikan upah kepada buruhnya di bawah standar UMK. Hal itu apabila dibiarkan berlarut-larut, maka ada kemungkinan si buruh akan melakukan penyimpangan, seperti melakukan demonstrasi atau mogok kerja.

 

  • Penyebab Terjadinya Perilaku Menyimpang

Menurut Wilnes dalam bukunya Punishment and Reformation sebab-sebab penyimpangan/kejahatan dibagi menjadi dua, yaitu sebagai berikut :

  1. Faktorsubjektif adalah faktor yang berasal dari seseorang itu sendiri (sifat pembawaan yang dibawa sejak lahir).
  2. Faktorobjektif adalah faktor yang berasal dari luar (lingkungan). Misalnya keadaan rumah tangga, seperti hubungan antara orang tua dan anak yang tidak serasi.

Untuk lebih jelasnya, berikut diuraikan beberapa penyebab terjadinya penyimpangan seorang individu (faktor objektif), yaitu

  • Ketidaksanggupan menyerapnorma-norma kebudayaan. Seseorang yang tidak sanggup menyerap norma-norma kebudayaan ke dalam kepribadiannya, ia tidak dapat membedakan hal yang pantas dan tidak pantas. Keadaan itu terjadi akibat dari proses sosialisasi yang tidak sempurna, misalnya karena seseorang tumbuh dalam keluarga yang retak (broken home). Apabila kedua orang tuanya tidak bisa mendidik anaknya dengan sempurna maka anak itu tidak akan mengetahui hak dan kewajibannya sebagai anggota keluarga.
  • Prosesbelajar yang menyimpang. Seseorang yang melakukan tindakan menyimpang karena seringnya membaca atau melihat tayangan tentang perilaku  Hal itu merupakan bentuk perilaku menyimpang yang disebabkan karena proses belajar yang menyimpang. karier penjahat kelas kakap yang diawali dari kejahatan kecil-kecilan yang terus meningkat dan makin berani/nekad merupakan bentuk proses belajar menyimpang.
  • Ketegangan antara kebudayaan danstruktur sosial. Terjadinya ketegangan antara kebudayaan dan struktur sosial dapat mengakibatkan perilaku yang menyimpang. Hal itu terjadi jika dalam upaya mencapai suatu tujuan seseorang tidak memperoleh peluang, sehingga ia mengupayakan peluang itu sendiri, maka terjadilah perilaku menyimpang.
  • Ikatan sosialyang berlainan. Setiap orang umumnya berhubungan dengan beberapa kelompok. Jika pergaulan itu mempunyai pola-pola perilaku yang menyimpang, maka kemungkinan ia juga akan mencontoh pola-pola perilaku menyimpang.
  • Akibat prosessosialisasi nilai-nilai sub-kebudayaan yang menyimpang. Seringnya media massa menampilkan berita atau tayangan tentang tindak kejahatan (perilaku menyimpang)Hal inilah yang dikatakan sebagai proses belajar dari sub-kebudayaan yang menyimpang.
  • Contoh – Contoh Perialku Menyimpang
    • Klasifikasi Contoh – Contoh Perilaku Menyimpang

Dari bentuk-bentuk perilaku menyimpang,contoh perilaku menyimpang dapat di klasifikasikan menjadi beberapa jenis:

  1. Penyimpangan Primer : Penyimpangan yang bersifat temporer atau sementara dan hanya menguasai sebagian kecil kehidupan seseorang.

Ciri-ciri penyimpangan primer :

  • bersifat sementara,
  • gaya hidupnya tidak didominasi oleh perilaku menyimpang, dan
  • masyarakat masih mentolerir/menerima.

Contoh penyimpangan primer :

  • Pegawai yang membolos kerja,
  • Siswa yang membolos atau menyontek saat ujian,
  • Mengurangi besarnya pajak pendapatan, dan
  • Pelanggaran peraturan lalu lintas.
  1. Penyimpangan Sekunder : Perbuatan yang dilakukan secara khas dengan memperlihatkan perilaku menyimpang. Sehingga akibatnya juga cukup parah serta mengganggu orang lain.

Ciri-ciri penyimpangan sekunder :

  • gaya hidupnya didominasi oleh perilaku menyimpang, dan
  • masyarakat tidak bisa mentolerir perilaku menyimpang tersebut.

Contoh penyimpangan sekunder :

  • pembunuhan, perjudian, perampokan, dan pemerkosaan.
  1. Penyimpangan Individu : Penyimpangan yang dilakukan oleh seorang individu dengan melakukan tindakan-tindakan yang menyimpang dari norma-norma yang berlaku dalam kehidupan masyarakat. Orang seperti itu biasanya mempunyai penyakit mental sehingga tidak dapat mengendalikan dirinya.

Penyimpangan perilaku yang bersifat individual sesuai dengan kadar penyimpangannya :

  • Pembandel, yaitu penyimpangan karena tidak patuh pada nasihat orang tua agar mengubah pendiriannya yang kurang baik.
  • Pembangkang, yaitu penyimpangan karena tidak taat pada peringatan orang-orang.
  • Pelanggar, yaitu penyimpangan karena melanggar norma-norma yang berlaku.
  • Perusuh atau penjahat, yaitu penyimpangan karena mengabaikan norma-norma umum sehingga menimbulkan kerugian harta benda atau jiwa di lingkungannya.
  • Munafik, yaitu penyimpangan karena tidak menepati janji, berkata bohong, berkhianat, dan berlagak membela.

Contoh perilaku meyimpang :

  • Pencurian yang dilakukan sendiri.
  • Seorang anak, dari beberapa saudara, ingin menguasai harta peninggalan orang uanya. Ia mengabaikan saudara-saudaranya yang lain. Ia menolak norma-norma pembagian warisan menurut adaptasi masyarakat maupun menurut norma agama. Ia menjual semua peninggalan harta orangtuanya untuk kepentingan diri sendiri.
  1. Penyimpangan Kelompok : Penyimpangan yang dilakukan secara berkelompok dengan melakukan tindakan-tindakan yang menyimpang dari norma-norma masyarakat yang berlaku. Pada umumnya, penyimpangan kelompok terjadi dalam subkebudayaan yang menyimpang yang ada dalam masyarakat. Contoh :Geng kejahatan atau mafia.
  1. Penyimpangan Situsional : Disebabkan oleh pengaruh bermacam-macam kekuatan situsional/social di luar individu dan memaksa individu tersebut untuk berbuat menyimpang. Contoh : seorang suami yang terpaksa mencuri karena melihat anak dan istrinya kelaparan.
  1. Penyimpangan Sistematik : Suatu system tingkah laku yang disertai organisasi social khusus, status formal, peranan-peranan, nilai-nilai norma-norma, dan moral tertentu yang semuanya berbeda dengan situasi umum. Segala pikiran dan perbuatan yang menyimpang itu kemudian dibenarkan oleh semua anggota kelompok.
  1. Penyimpangan Campuran ( Mixture of Both Deviation) : gabungan antara individu dan kelompok. Pada awalnya, seorang individu yang memiliki semacam kekuatan yang besar, kemudian memengaruhi beberapa orang untuk melakukan penyimpangan-penyimpangan yang bersifat kelompok.
  • Sifat – Sifat Perilaku Menyimpang
  • Penyimpangan Positif : Penyimpangan yang mempunyai dampak positif karena mengandung unsure inovatif, kreatif, dan memperkaya alternative. Merupakan penyimpangan yang terarah pada nilai-nilai social yang didambakan, meskipun cara yang dilakukan tampaknya menyimpang dari norma yang berlaku. Contoh : seorang ibu rumah tangga terpaksa harus menjadi sopir taksi karena desakan ekonomi.
  • Penyimpangan Negatif : Penyimpangan yang cenderung bertindak ke arah nilai-nilai social yang dipandang rendah dan berakibat buruk. Dalam penyimpangan ini, tindakan yang dilakukan akan dicela oleh masyarakat dan pelakunya tidak dapat ditolerir oleh masyarakat. Contoh : pembunuhan dan pemerkosaan.
  • Penanggulangan Perilaku Menyimpang
  • Penanganan Lingkungan Sekolah

Salah satu penyebab anak usia sekolah nakal karena tidak memiliki sistem nilai sebagai pedoman didalam kehidupannya. Dengan demikian, mereka sangat mudah untuk mengadopsi sesuatu yang ada di masyarakat tanpa menyaring lebih dulu. Untuk itu sekolah sebagai penyelenggara pendidikan formal harus mengubah sistem pengajaran yang lebih menekankan pada aspek kognitif, ke sisitem pengajaran yang seimbang antara, kognitif, afektif, dan psikomotor.

Perpaduan ketiga aspek tersebut akan memberikan bekal kepada siswa untuk hidup dalam masyarakat. Penggarapan aspek afektif akan berdampak positif terhadap perilaku siswa. Pada dasarnya setiap siswa memiliki sistem nilai, jika sistem nilai ini kita klasifikasikan maka akan mempengaruhi perilaku siswa baik secara individu maupun secara berkelompok. Penanaman sistem nilai kepada siswa di sekolah hendaknya dengan berbagai strategi dengan melibatkan semua guru bidang studi. Menanggulangi masalah kenakalan remaja termasuk pengguna narkoba khususnya disekolah perlu kerjasama antara guru agama, PPKN, bimbingan konseling, olahraga kesehatan, dan biologi secara terintegrasi.

  1. Pendekatan Melalui Agama

Guru Agama dalam menyelesaikan masalah kenakalan remaja(perilaku meympang oleh remaja) bisa dengan cara memberi tugas kepada siswa untuk mncari hal-hal berkaitan dengan ajaran agama, sehingga siswa akan memahami betul isi dari ajaran agama yang diyakini. Dengan demikian , tidak akan menyalahkan ajaran agama yang terdapat dalam pikirannya. Justru dengan kejadian itu dapat dijadikan sebagai bahan renungan atau koreksi diri apa yang telah diperbuat dengan strategi pemberian tugas tersebut diharapkan siswa mengerti, ,enyadari, dan memahami dengan penuh makna yang mereka pelajari sehingga mereka taat kan agamanya, serta mengetahui akibat jika melakukan tindakan yang salah. Pada dasarnya setiap agama melarang umatnya memakai atau mengkonsumsi Narkoba.

  1. Pendekatan Moral & Hukum ( PKN )

PKN merupakan bidang studi yang mengajarkan nilai, norma, dan moral kepada siswa, untuk itu PKN memiliki kewajiban untuk ikut menyelesaikan masalah kenakalan remaja. Hal ini dapat dilakukan dengan berbagai cara melalui proses pembelajaran dengan menggunakan multi metode dan media, sosio drama, bermain peran, liputan, diskusi, pertemuan kelas, dan pemberian tugas. Penggunaan metode ini hendaknya disesuaikan dengan pokok bahasan, situasi dan kondisi, sehingga dapat bermakna bagi siswa. Dengan menggunakan metode tersebut dapat melatih siswa untuk memilih system nilai yang akan diyakini dalam menghadapi suatu masalah. Dengan sering dilatih emosinya, diharapkan siswa dapat menyaring atau memilah-milah suatu informasi dari media massa atau masyarakat.

Guru dapat memberi tugas untuk mencari contoh masalah kenakalan remaja yang ada di masyarakat. Tugas ini diberikan kepada siswa dengan tujuan agar mereka lebihsinsitif terhadap problem yang terjadi di masyarakat. Kemudian siswa diberikan kesempatan untuk memberi komntar, penyebab dan akibat remaja melakukan perbuatatn yang menyimpang serta bagaimana mengatasinya. Tugas tersebut akan melatih siswa untuk mengetahui secara mendalam tentang permasalahan remaja dan cara-cara untuk menyelesaikannya. Kegiatan ini juga dapat melatih siswa bersosialisasi dengan masyarakat lingkungannya. Hal ini sejalan dengan pembelajaran portofolio dalam kurikulum berbasis kompetensi (KBK).

Disamping itu guru hendaknya menugaslan kepada siswanya untuk mencari pasal-pasal dalam hukum pidana (tentang perilaku menyimpang) kemudian didiskusikan di dalam kelas untuk dicari solusinya. Dalam diskusi hendaknya mencapai tujuan yang telah ditetapkan sebaiknya melibatkan aparat penegak hukum sebagai narasumber untuk menjelaskan sebab akibat dari perilaku-perilaku menyimpang dan tindakan yang melanggar hukum lainnya.

  1. Pendekatan Melalui Olahraga dan Kesehatan

Olahraga adalah salah satu cara untuk menyelesaikan masalah kenakalan remaja terutama pengguna narkoba. Kebanyakan pengguna narkoba mengaku memeakai narkoba untuk menghilangkan stress, mendapatkan ketenangan, mencari kesenangan dan kenikmatan, namun alasan tersebut hanyalah jalan pintas dalam menyelesaikan masalah yang dilakukan oleh remaja, sebenarnya masih banyak jalan lain untuk menyelesaikan antara lain dengan berolah raga. Sekolah hendaknya mengaktifkan kegiatan ekstrakulikuler di sekolah. Sebab olah raga memiliki manfaat antara lain :

  • merangsang keluarnya indofirn yang merupakan morfin yang diproduksi oleh tubuh. Hal ini dapat mendatangkan rasa tenang, senang, dan sakit.
  • Mengurangi kadar garam yang tinggi. Zat ini dapat membuat cemas, pemarah dan stress.
  • Menambah oksigen otak. Cukupnya oksigen otak akan memperbaiki suasana hati dan menambah daya konsentrasi.
  • Memproyeksikan kemarahan dan kecemasan. Kemarahan dapat dilampiaskan dengan cara memukul bola keras-keras, berlari dan sebagainya.
  1. Pendekatan Melalui Bimbingan Konseling

Bimbingan konseling sangat berperan dalam menangani masalah siswa (remaja). Melalui BK diharapkan siswa mau menyampaikan masalah yang dihadapinya, karena BK memiliki keahlian khusus dalam bidang psikologi. Pendekatang yang digunakan haruslah humanis melalui sentuhan jiwa (rohani). Dengan demikian, diharapkan BK dapat dijadikan tempat berdialog para siswa dalam menghadapi suatu persoalan. Dengan pendekatan ini maka siswa merasa dilindungi (diperhatikan).

Selain itu juga perlu diadakan eazia narkoba secara rutin dan terprogram. Razia hendaknya dilaksanakan dengan semua guru yang dilakukan dengan serempak dan terorganisir sehingga siswa tidak dapat mengelak jika diketemukan membewa narkoba didalam tas maupun sakunya

  1. Pendekatan Secara Biologi

Biologi merupakan ilmu yang mempelajari makhluk hidup salah satunya adalah manusia. Dalam proses belajar mengajar guru biologi perlu menyisipkan bahasan tentang bahaya narkoba terhadap tubuh manusia. Manusia yang mengkonsumsi narkoba maka daya tahan fisik, fungsi kerja otak akan berkurang. Bahan berdasarkan hasil penelitian akibat narkoba terhadap otak adalah encernya cairan otak yang mengakibatkan lambat berpikir. Dengan penjelasan yang disampaikan guru dharapkan siswa betul-betul mengetahui akibatnya jika mereka melakukan tindakan tersebut.

  • Penanganan Lingkungan Keluarga

Keluarga sebagai tempat pendidikan anak pertama harus lebih peka terhadap perkembangan perilaku anaknya. Dengan demikian, diharapkan anak dapat berkembang sesuai dengan nilai, norma yang berlaku. Untuk dapat mencapai tujuan tersebut yang harus dilakukanorang tua antara lain sebagai berikut :

  • Pertama harus ditanamkan nilai dan norma agama dalam diri anak. Karena agamalah yang dapat mengendalikan perilaku manusia. Jika melakukan jaran agama dengan baik maka baiklah perilakunya. Hal ini bisa dilakukan dengan cara berdiskusi tentang berbagai permasalahan yang dihadapi remaja ditinjau dari bidang agama dan bidang lain.
  • Kedua, orang tua harus dapat meluangkan waktunya untuk berkumpul dengan anaknya dalam rangka memehami, mengetahui kebutuhan psikis maupun fisik serta permasalahan yang dihadapi anaknya. Memecahkan masalah yang dihadapi anaknya yang sudah remaja hendaknya melibatkan seluruh anggota keluarga, dengan mendengarkan pemasukan dari semua anggota keluarga maka permasalahan tersebut dapat diselesaikan lebih baik.
  • Ketiga, orang tua harus mengetahui teman-teman dekat anaknya. Hal ini dilakukan agar dapat lebh mudah mengontrol anaknya, apakah temannya tersebut baik ataukah anak barndalan. Perilaku remaja selain dipengaruhi oleh keluarga juga oleh teman sebaya, maka dalam memilih teman bergaul juga harus memperhatikan latar belakangnya. Orang tua dengan mengetahui teman-teman anaknya dapat memberikan suatu pandangan kepada ankanya bagaimana seharusnya bergaul.
  • Penanganan Lingkungan Masyarakat (Bidang Sosial)

Kepedulian masyarakat terhadap masalah remaja perlu ditingkatkan. Hal ini bisa dilakukan dengan cara mengawasi kegiatan remaja dmasyarakat. Masyarakt hendaknya memberikan suatu saran kepada para remaja jika melakukan tindakan yangmenyimpang dari nilai-nilai dan norma-norma yang berlaku di masyarakat. Kepedulian ini juga dapat diwujudkan dengan cara melaporkan kepada yang berwajib (polisi) jika mengetahui adanya perdagangan obat terlarang, melakukan perkelahian, minum-minuman keras ataupun melakukan tindakan kekerasan yang lainnya. Kepedulian masyarakat ini akan membantu dalam mengatasi permasalahan kenakalan remaja. Hai ini yang bias dilakukan oleh mengajak masyarakat adalah mengajak remaja dalam kegiatan-kegiatan social masyarakat serta memberikan suatu ketrampilan yang berguna dalam hidupnya.

  • Penanganan Oleh Pemerintah

Generasi muda adalah pemegang tonkat estafet pembangunan bangsa. Ada sebagian masyarakat kita berpendapat bahwa jika pemuda rusak maka rusaklah bangsa, namun jika pemuda baik, maka baiklah bangsa ini.oleh karena itu, pemerintah harus dapat menyiapkan generasi muda yang beriman, berkepribadian luhur, dan kreatif. Untuk mewujudkan itu maka pemerintah harus memiliki langkah-langkah kongkrit. Langkah – langkah tersebut antara lain :

Penanggulangan Perilaku Menyimpang

  • Lebih mengaktifkan kembali kegiatan organisasi kepemudaan. Hal ini dilakukan untuk memecahkan permasalahan yang dihadapi remaja dengan cara berdialog antar remaja dan juga bisa digunakan sebagai kegiatan para remaja untuk berkreasi.
  • Melakukan penyuluhan tentang bahay narkoba pada remaja kota sampai remaja pedesaan.
  • Meningkatkan dan membuka pelatihan-pelatihan untuk generasi muda. Kegiatan ini akan memberikan suatu ketrampilan para remaja hingga bsa mngurangi pengangguran. Akhirnya kegiatan yang negative dari remaja dapat ditekan seminimal mungkin.
  • Memberikan hukuman yang berat bagi pelaku tindak criminal. Karena ini sangat diperlukan untuk menimbulkan efek jera pada pelakunya.

BAB III

PENUTUP

 

  • Kesimpulan

 

Dizaman sekarang yang dinamakan zaman Kaliuga yaitu zaman yang lebih mementingkan materi daripada perbuatan baik, atau ketulusan dalam berbuat, dimana sikap susila atau perbuatan baik jarang ditemukan. Kebanyakan manusia saat ini lebih mementingkan diri sendiri bahkan melakukan segala hal untuk memuaskan dirinya tanpa peduli dengan ajaran susila. Dan yang paling kita lihat adalah moral generasi muda atau remaja saat ini yang sangat jauh dari ajaran susila.Hal inilah yang disebut dengan perilaku menyimpang. Perilaku menyimpang yang juga biasa dikenal dengan nama penyimpangan sosial adalah perilaku yang tidak sesuai dengan nilai-nilai kesusilaan atau kepatutan, baik dalam sudut pandang kemanusiaan (agama) secara individu maupun pembenarannya sebagai bagian daripada makhluk sosial.Perilaku menyimpang dapat terjadi karena d pengaruhi oleh beberapa faktor,mulai dari faktor biologis,Psikoligis,dan Sosiologis.Di samping itu Menurut Wilnes dalam bukunya Punishment and Reformation sebab-sebab penyimpangan/kejahatan dibagi menjadi dua, yaitu sebagai berikut :

  1. Faktorsubjektif adalah faktor yang berasal dari seseorang itu sendiri (sifat pembawaan yang dibawa sejak lahir).
  2. Faktorobjektif adalah faktor yang berasal dari luar (lingkungan). Misalnya keadaan rumah tangga, seperti hubungan antara orang tua dan anak yang tidak serasi.

Perilaku menyimpang dapat ditangani di lingkungan sekolah,masyarakat dan keluarga.Misalnya penanganan di lingkungan sekolah dapat di lakukan dengan pendekatan agama,pendekatan moral dan hukum,serta pendekatan olahraga atau kesehatan.Sedangkan di lingkungan masyarakat penanganan perilaku menyimpang dapat di lakukan melalui keikut sertaan masyarakat dalam memperhatikan pergaulan remaja d daerahnya.Dan penanganan di lingkungan keluarga dapat di lakukan dengan cara seluruh keluarga harus memperhatikan perkembangan dan pendidikan anaknya agar anak tersebut tidak terjerumus dalam pergaulan yang salah.

 

  • Kritik & Saran

Dari materi yang dibahas di atas beberapa pelajaran yang dapat kita petik yaitu pentingnya peran serta seluruh lapisan masyarakat untuk memperhatikan perkembangan pendidikan dan pergaulan anak,agar anak tidak terpengaruh atau terjerumus pergaulan yang salah. Dan hal terpenting yang harus di ingat,setiap anak ingin mendapat perhatian dari orang tuanya,jadi bagi orang tua di harapkan memberikan perhatian penuh pada anaknya agar sang anak selalu bersikap sesuai dengan ajaran susila.

DAFTAR PUSTAKA

http://blog.tp.ac.id/faktor-faktor-penyebab-timbulnya-perilaku-menyimpang-pada-remaja#ixzz1pHTJTMvn

http://alfinnitihardjo.ohlog.com/perilaku-menyimpang.oh112678.html

http://rizkywahyusetiawan.blogspot.com/2011/06/cara-mengatasi-perilaku-menyimpang.html

Tinggalkan komentar