Maitri Upanisad (Kesusastraan HIndu)

Posted: 15 Januari 2015 in semester 7 pendidikan agama hindu 2014

BAB I

PENDAHULUAN

 

  • Pengertian Upanisad

Upanisad berasal dari kata Upa (dekat), ni (dibawah), sad (duduk), jadi dibawah dan disekitarnya. Sekelompok sisya (murid) duduk dekat sang Guru untuk mempeljari ajaran Upanisad, mengkaji masalah yang paling hakiki dan menyampaikan kepada sisya di dekat mereka. Orang-orang suci ini mengambil sikap tidak banyak bicara dalam menyampaikan kebenaran. Mereka berharap supaya bisa merasa puas, bila murid mereka berpikiran rohani dan bukannya keduniawian. Upanisad memiliki beberapa bagian didalamnya, salah satunya yaitu Maitri Upanisad.

Maitri Upanisad termasuk dalam Maitrayaniya Sakha atau cabang dari Yajur Weda Hitam. Maitri adalah guru utamanya sedangkan Maitrayana adalah nama Sakha kemana Upanisad ini termasuk. Maitri Upanisad terdiri dari 7 bab dimana 2 bab terakhir kelihatannya berasal dari waktu yang belakangan. Keseluruhan Upanisad ini memang lebih muda usianya bila dibandingkan dengan Upanisad-Upanisad klasik yang sering dibahas dalam Upanisad ini.

Teks dimulai sebagai dialog antara Raja Brihadratha dan Bagawan Śākāyana. Melalui dialog ini , Bagawan Śākāyana mengajarkan raja Brihadrata tentang filosofi Brahman seperti yang diajarkan oleh orang Bagawan Maitri. Sebagai bagiandari ajaran-Nya ,ia menceritakan dialog kuno antara kelompok orang bijak yang dikenal sebagai Valikhilya dan Prajapati-kratu .

  •  Ruang Lingkup Maitri Upanisad

Ruang Lingkup Maitri Upanisad termasuk ke dalam Veda, yaitu Yajur Veda dan terdiri dari 7 bab dan dalam bab tersebut terdapat beberapa bagian. Adapun pembagiannya sebagai berikut:

  • BAB I : membahas tentang Yadnya (upacara keagamaan) yakni Samadhi kepada Atman.
  • BAB II : membahas tentang ajaran Sakayana mengenai Atman dan ketrunan prajapati menjadi berbagai macam makhluk.
  • BAB III : membahas tentang Atman Agung dan Atman Individu
  • BAB IV : membahas tentang menunggalnya Atman elemental dengan Atman yang Agung, pengetahuan tapa & samadhi, Penyembahan berbagai dewata diperkenankan tetapi hasilnya bersifat sementara.
  • BAB V : membahas tentang konsep Tri Murti
  • BAB VI: membahas tentang wujud hubungan atman, A-U-M yang gaib, penjelasan tentang tiga dunia, pemujaan matahari denga pemujaan savitri, menyantap makanan sebagai tindakan Yadnya, purusa dan prakerthi, makanan sebagai bentuk dari atma, pentingnya waktu, metode yoga, visi dari atman, samadhi atas A-U-M, jiwa bebas, hubungan atman dengan indriya-indriya dan pikiran, serta penguasaan pikiran adalah pembebasan.
  • BAB VII : membahas tentang Atman sebagai matahari semesta dan sinar-sinarnya, Atman semseta, serta Samadhi atas A-U-M dan hasilnya.
  • Hubungan Veda Dengan Maitri Upanisad

Berdasarkan sistem pertimbangan materi dan luas ruang lingkup isinya itu penjelasan, jumlah, dan jenis buku Veda itu banyak. Walaupun demikian kita harus menyadari bahwa Veda itu mencakup berbagai aspek kehidupan yang diperlukan oleh manusia.

Maha Resi Manu membagi jenis isi Veda itu kedalam dua kelompok besar yang disebut :

1)     Veda sruti

2)     Veda Smrti.

Pembagian dalam dua jenis dipakai selanjutnya untuk menamakan semuajenis buku yang dikelompokkan sebagai kitab Veda baik secara tradisional maupun secara institusional ilmiah. Dalam hal ini kelompok Veda Sruti merupakan kelompo kbuku yang isinya hanya memuat “Wahyu” (sruti) sedangkan kelompok kedua Smrti adalah kelompok yang sifat isinya sebagai penjelasan terhadap “Sruti”. Jadi merupakan “manual”, buku pedoman yang isinya tidak bertentangan dengan sruti.

Kelompok Śruti, menurut Bhagawan Manu merupakan Veda yang sebenarnya, atau Veda originair. Menurut sifat isinya Veda ini dibagi atas tiga bagian, yaitu :

  1. Bagian Mantra.
  2. Bagian Brahmana (Karma Kanda).
  3. Bagian Upanisad/Aranyaka (Jńănakanda).

Aranyaka atau Upanisad adalah himpunan mantra-mantra yang membabas berbagai aspek teori mengenai ke-Tuhan-an. Himpunan ini merupakan bagian Jńăna Kanda daripada Veda Śruti. Sebagaimana halnya dengan tiap-tiap Mantra memiliki kitab Brahmana, demikian pula tiap-tiap mantra ini memiliki kitab-kitab Aranyaka atau Upanisad. Kelompok kitab-kitab ini disebut Rahasiya Jñăna karena isinya membahas hal-hal yang bersifat rahasia. Khusunya Maitri Upanisad yang membahas tentang konsep atman Brahman yang tunggal dengan A-U-M sebagai wujud manifestasi dari Brahman itu sendiri guna merangkai kehidupan melalui penciptaan, pemelihara, serta pemralina (pelebur).

  • Tujuan dan Manfaat Maitri Upanisad
  • Untuk mengetahui konsep tentang atman dalam jaran Maitri Upanisad
  • Untuk mengetahui hubungan antara Atman dengan Brahman menurut Maitri Upanisad
  • Untuk mengetahui Atman sebagai sumber hidup dalam kehidupan.
  • Untuk menunjukkan bahwa yajnya juga mempunyai tujuan secara tidak langsung kepada cita-cita maha tinggi dari manusia.
  • Untuk mengukuhkan asas bahwa hanya ada satu Yang Tunggal yang mesti diketahui dan bermacam-macam dari Brahma, Wisnu. Siwa hanyalah berbagai segi perwujudan dari Yang Tunggal.

Manfaat mempelajari Maitri Upanisad adalah untuk menambah wawasan ajaran Agama Hindu yang mengandung tentang konsep Atman-Brahman Yang Tunggal beserta manifestasinya ke dalam bentuk Tri Murti serta cara untuk mencapai kelepasannya.

Semua yang ada didunia ini merupakan ciptaan Brahman melalui percikan kecil beliau yang dimanifestasikan melalui wujud Tri Murti (A-U-M). Pada Maitri Upanisad juga ditegaskan bahwa ada dua macam Brahman, yakni yang berwujud dan tak berwujud. Yang berwujud merupakan akibat, sedangkan yang tak berwujud sebagai penyebab. Dari konsep inilah dapat dirangkaikan bahwa Atman yang dalam keadaan Nirguna, kemudian menjadi Saguna karena pengaruh dari purusa dan prakerti maka akan membentuk jiwatman.

Segala ajaran tersebut membuat kita tah bagaimana konsep pencipataan mengapa bisa ada manusia di dunia ini. Dengan ajaran Maitri Upanisad ini kita dapat meyakini tentang ajaran-ajaran yang tertuang dalam Upanisad secara keseluruhan, maupun dalam Veda secara umum.

BAB II

PEMBAHASAN

 

  • 1 Maitri Upanisad Bab I, sloka 1:

Pada bagian ini menjelaskan tentang “Samadhi kepada atman”.

“brahma-yajno va esa yat purvesam cayanam, tasmad yajamanas citvaitan agnin atmanam abhidhyayet ; sa purnah kahlu va addha’ vikalah sampadate yajnah, kah so’ bhidhyeyo’ yam yah pranakyah; tasyopakhyanam”

Melakukan yajnya untuk brahman, sesungguhnya adalah penetapan (pembuatan) api yajnya seperti yang dilakukan pada zaman yang lalu. Karena itu seharusnya pelaku yajnya sesudah menempatkan apinya kemudian samadhi kepada atman. Dengan begitu barulah yajna ini lengkap dan sempurna.

Seperti dahulu atau sebelumnya sudah dijelaskan dalam Maitrayana Brahmana pada akhirmya akan membawa kita kepada pengetahuan tentang brahman. Tujuan upanisad ini adalah untuk menunjukkan bahwa pelaksanaan upacara sepanjang hal ini memberi manfaat kearah pengetahuan tentang atman Yang Maha Tinggi adalah juga mempunyai tujuan secara tidak langsung kepada cita-cita maha tinggi dari manusia.

  • 2 Maitri Upanisad Bab II, sloka 2 :

Pada bagian ini membahas tentang ajaran “Sakayanya mengenai Atman”.

“atha ya esa ucchvasavistambhanerordhvam utkranto vyayamano vyayamanas tamah pranudaty esa atma, ity aha bhagavan maitrih, ity evam hy aha, atha ya esa samprasao ‘smac charirat samutthaya param jyotir upasampadya svena rupenabhinispadyata ity esas atmeti hovacaitad amrtam abhayam, etad brahmeti.”

Dan sekarang, dia yang keatas tanpa memberhentikan nafasnya, bergerak kemana-mana tidak bergerak, yang bisa menghapus kegelapan, dialah atman. Begitulah dikatakan oleh Bhagavan Maitri. Sebab pernah dikatakan : sekarang yang tenang itu, dia yang naik meninggalkan raga ini, mencapai sinar yang maha tinggi dan muncul dalam bentuknya sendiri. Nah, dialah atman. Dialah yang tidak bisa mati (kekal) yang tanpa punya rasa takut,. Itulah Brahman.

Dalam sloka ini hampir sama dengan isi dari Chandogya Upanisad Bab VII .3.4 yang mengatakan bahwa Atman bangkit dari raga. Melepaskan pendapat tentang kesatuan atman dengan raga yang bergerak kesana-kesini, tetapi tidak bergerak sewaktu dia merasakan perubahan pikiran – pikiran yang disebabkan oleh kesan-kesan, dialah yang sesungguhya tidak terpengaruh oleh segalanya. Baik raga kasar maupun halus, ini adalah atma yang sedang tidur nyenyak.

  • 3 Maitri Upanisad Bab III, sloka 1:

Pada bagian ini membahas tentang “Atman Agung Atman Individu”.

“te hocuh bhagavan yady evam asy atmano mahimanah sucayasity anyo va parah ko’yam atmakhyo yo’yam sitasitaih karma-phalair abhibhuyamanah sad-asad-yonim apadyata ity avancyordhva va gatir dvandvair abhibhuyamanah paribhamati.”

Mereka (para Valikhilya) berkata (kepada Praja-pati Kratu) : Junjungan kami, apabila Paduka menyatakan kebesaran dari atman ini, maka ada juga yang lain yang juga disebut atman, yang dipengarhi oleh buah perbuatan yang gelap atau terang, memasuki peranakan yang jahat atau yang baik dan dengan demikian arah berikutnya adalah ke bawah atau keatas dimana dia selalu dipengaruhi oleh kedua hal itu (dua hal yang bertentangan seperti misalnya kenikmatan dan kesakitan).

Atman agung dan atman individu yang dimaksudkan disini adalah seperti misalnya matahari adalah brahman, maka cahaya matahari adalah atman itu. Itulah yang disebut atman yang agung dimana atman yang merupakan percikan kecil dari Tuhan, sedangkan atman individu merupakan atman yang elah berada dalam diri manusia. Atman ini diliputi oleh awidya dimana atman ini terpengaruh oleh sifat-sifat duniawi sehingga dalam hidupnya manusia harus selalu melaksanakan ajaran dharma guna bisa lepas dari awidya tersebut.

  • 4 Maitri Upanisad Bab IV, sloka 1:

Pada bagian ini membahas tentang menunggalnya “Atman elemental dengan Atman agung”.

‘te ha khalu vavordhava-retaso’tivismita abhisametocuh, bhagavan, namaste’stv anusadhi, twam asmakam gatir anya na vidyati iti, asya ko vidhir bhutatmano yenedam hitatvatmann eva sayujyam upaiti tan hovaceti”

Para Valikhilya, yang suci dengan sangat takjub mendekati beliau dan berkata : “Paduka junjungan kami, hormat kami kehadapan paduka. Mohon ajarkan kami selanjutnya. Padukalah jalan pembebasan kami dan tidak ada orang lain. Bagaimanakah caranya (hukumnya) sehingga atman elemental ini dapat bersatu dengan atman sesnggunya?”. Kemudian Praja-pati Kratu bersabda

Bahwa atman yang sesungguhnya yang murni dan tidak ternoda bisa kelihatan ternoda dan tidak murni. Ini dimaksudkan bahwa atman yang ada dalam diri bisa menyatu dengan brahman jika telah mencapai keadaan moksa. Begitupun sebaliknya atman yang merupakan percikan terkecil dari Tuhan apabila mendiami diri manusia akan ternoda oleh awidya yang disebutkan pada bab yang sebelumnya.

  • 5 Maitri Upanisad Bab V, sloka 1:

Pada bagian ini membahas tentang “Konsep Tri Murti”.

“Atha yatheyam kautsyayani stutih; tvam brahma tvan ca vai visnus tvam rudras twam prajapatih; tvam agnir varuno vayus indras nisakarah; tvam annas tvam yamas tvam prthivi tvam visvam tvam athacyutah; svarthe svabhavike ‘rthe ca bahudha samsthisis tvayi; visveswara, namas tubhyam, visvatma visma-karma-krt; visva-bhug visvamayus tvam visva-krida-rati-prabhuh; namah santatmane tubhyam, namo guhyatamaya ca, acintyayaprameyaya anadinidhanaya ca”

Ini adalah kidung pujian dari Kutsayana. Engkau adalah Brahma, dan sesungguhnya Engkau adalah Visnu, Engkau Rudra Praja-pati; engkau adalah Agni, Varuna, Vayu, Engkau adalah Indra dan Bulan. Engkau adalah makanan, Engkau adalah yama, engkau adalah tanah, Engkau adalah segalanya. Engkau adalah kekal, segalanya ada dalam dirimu dalam berbagai bentuk untuk diri mereka sendiri atau untuk akhir keadaan alamiah mereka. Penguasa jagat, puji kepadaMu, atman dari segalanya, Pencipta semuanya, Penikmat semuanya, Engkau adalh seluruh kehidupan dan penguasa semua kesenangan dan kegembiraan, puji kepadaMu, atman yang tenang, Puji kepadaMu, yang jauh tersembunyi, yang tanpa permulaan (awal) dan tanpa akhir.

Seperti yang telah kita ketahui bahwa Tri Murti merupakan konsep dalam agama Hindu yang terdiri dari Brahma Wisnu Siwa dimana mereka merupakan manifestasi Ida Sang Hyang Widhi sebagai pencipta, pemelihara dan pelebur (pemralina). Mereka tidak berawal dan juga tidak berakhir, namun mereka penyebab penciptaan segalanya dan bisa juga mengakhiri segalanya yang mereka ciptakan. Karena mereka merupakan penguasa yang kekal dan segala bentuk yang ada dalam diri kita merupakan bentuk dari diri mereka.

  • 6 Maitri Upanisad Bab VI, sloka 3:

Pada bagian ini membahas tentang “A-U-M yang gaib”.

“dve vava brahmano rupe murtan camurtan ca; atha yan murtam asatyam, yad amurtam tat satyam tad brahma, taj jyotih sa adityah, sa va esa aum ity etad atmabhavat, sa tredhatmanam vyakuruta, aum iti, tisro matra, etabhih sarvam idam otam protam caivasmiti, evam hy ahaitad va aditya aum ity evam dhyayata atmanam yunjiteti”

Secara pasti ada dua macam brahman, yang berbentuk dan tidak berbentuk. Yang berbentuk bukanlah nyata,; yang tanpa bentuk adalah yang nyata; itulah brahman, itulah sinar. Yang bersinar adalah matahari. Sesungguhnyalah, itu mempunyai aum sebagai atmannya. Dia membagi dirinya menjadi tiga sebab aum terdiri dari 3 huruf (a-u-m). Melalui jalan ini semuanya pada alam semesta ini dirangkaikan. Dengan demikian dikatakan: ‘orang seharusnya samadhi kepada matahari sebagai aum dan menyatu dengannya”.

Maksud dari yang berbentuk dan tidak berbentuk adalah yang punya bentuk merupakan akibat, sedangkan yang tidak terbentuk adalah penyebab. Ini dimaksudkan seperti halnya atman yang tidak berbentuk namun menyebabkan manusia mengalami suka, duka, lara, pati. Yang punya bentuk inilah disebut manusia, karena atman menjadi penyebab manusia diliputi oleh berbagai hal. Setelah Atman memasuki badan kasar, ia telah terpengaruh awidya yg menjadikannya lupa. Ini merupakan rangkaian dari konsep a-u-m dimana ketiganya merupakan bagian dari Tuhan atau Brahman itu sendiri.

 

  • 7 Maitri Upanisad Bab VII, sloka 2 :

Pada bagian ini membahas tentang “Atman sebagai matahari semesta dan sinar-sinarnya.”

“Indras tristup pancadaso brhad-grismo vyanah somo rudra daksinata udyanti, tapanti, varsanti, stuvanti, punar visanti, antar-vivarena iksanti ; anadyanto’parimato’paricchinno’paraprayojyah, svantro’ lingo’ murto’ nantasaktir dhata bhaskarah”

Indra, mantra tristubh, eirama pancadasa, mantra brhat, musim panas, nafas vyana, bulan, dewata rudra yang muncul diselatan, mereka memanaskan, mereka hujan, mereka memuji, mereka masuk kembali dan melihat keluar melalui sebuah pembukaan,. Dia yang tanpa permulaan atau akhir, tidak bisa diukur, tanpa tanda-tanda, tanpa bentuk, dengan kekuatan yang tidak habis-habisnya, pencipta, pencipta sinar (yang menyinari).

Ini membuktikan atman yang agung yang diibaratkan sebagai matahari yang tidak bisa diukur serta menjadi waktu yang melalap semuanya. Ini membuat atman yang agung, yang perkasa, patut disembah dan dihormati sebagi wujud rasa syukur atas segala kehidupan yang telah diterima. Musim panas, musim hujan, yang tidak bisa diukur dan tanpa permulaan dan akhir. Itulah yang menyebutkan atman sebagai matahari yang semesta karena kekuatannya dalam menyinari kehidupan tiada habis-habisnya.

BAB III

PENUTUP

 

  • 1 Kesimpulan

Upanisad merupakan kitab yang merupakan bagian dari Kelompok Veda Sruti. Upanisad berasal dari kata Upa (dekat), ni (dibawah), sad (duduk), jadi dibawah didekatnya. Upansiad memiliki bebrapa sub, diantaranya adalah Maitri Upanisad. Maitri Upanisad merupakan bagian dari cabang yajur weda hitam yakni Maitrayaniya Sakha.

Inti ajaran dari Maitri Upanisad adalah rahasia pemujaan atma, sang roh abadi, tantanan mencapai kebebasan untuk bersatu dengan Sang Roh Abadi itu. Inilah saripati konsepsi Hindu, sehingga dapat dikatakan bahwa Maitri Uphanisad adalah kitab suci Hindu yang layak dibaca bagi mereka yang ingin mendapat pencerahan abadi.

  • 2 Saran

Sebagai generasi Hindu sebaiknya kita harus sering-sering membaca sastra-sastra agama Hindu dimana sastra-sastra tersebut erat kaitannya dengan tatacara atau pedoman kehidupan yang harus kita lakukan di dunia ini semasa kita masih diberi kesempatan untuk menghirup udara kehidupan dari Ida Sang Hyang Widhi Wasa serta agar dapat menciptakan generasi muda Hindu yang berkualitas kedepannya.

Tinggalkan komentar